“Tolong Pak, Anak Saya Dipukul di Dalam!” — Jeritan Ibu Korban dan Bobroknya Wajah Rutan Tanjungpinang

  • Bagikan

“RUTAN ATAU NERAKA?” – Dugaan Pemukulan Napi Tamping & Jeritan Ibu yang Dibungkam Aparat

Tanjungpinang – Kompassidik.online Jeritan seorang ibu memecah suasana di depan Rutan Kelas I Tanjungpinang. Wajahnya basah air mata, suara gemetar: “Tolong pak, anak saya dipukul di dalam! Saya cuma ibu tahanan, tapi anak saya juga manusia!” Kalimat itu seolah menampar nurani publik dan menguak borok lama: kekerasan yang terus terjadi di balik jeruji, diam-diam tapi brutal.

Anaknya — seorang narapidana yang telah lama dijadikan tamping (tahanan pendamping) — diduga dipukul oleh oknum petugas. Bukan sekali. Bukan karena pelanggaran berat. Tapi karena urusan sepele yang dibesar-besarkan, lalu diselesaikan dengan tangan besi, bukan dengan pembinaan.

Ironis, napi tamping yang semestinya jadi mitra internal untuk meringankan tugas petugas malah jadi korban pemukulan. “Sudah lama dia jadi tamping, bantu kerjaan-kerjaan mereka. Tapi lihat, dibalas dengan tonjok dan teror,” ungkap seorang sumber internal, menyebut ada praktik intimidasi dan pembungkaman pasca-kejadian.

Yang lebih keji, ada dugaan kuat kejadian ini hendak dikubur dalam-dalam. Isu berhembus, keluarga korban diminta diam. Bahkan muncul kabar adanya “permainan senyap” agar kasus tak mencuat ke publik. Dalam bahasa kasarnya: 86. Uang tutup mulut. Suap. Skandal.

Apakah ini penjara atau ladang kekuasaan bagi oknum? Apakah pembinaan di Rutan Tanjungpinang hanya slogan di spanduk dan bukan kenyataan?

Sampai detik ini, tak ada klarifikasi dari Kepala Rutan. Tak ada pernyataan resmi. Hening. Diam. Seolah-olah tak ada yang terjadi, seolah jeritan seorang ibu dan luka di tubuh anaknya bukan bagian dari tanggung jawab institusi negara.

Kita patut bertanya:
Berapa banyak lagi napi yang jadi korban tapi tak bersuara?
Berapa banyak kekerasan dibungkam dengan janji dan amplop?

Rutan bukan arena gladiator. Dan petugas bukan algojo.

Jika negara benar-benar hadir, maka tindakan cepat dan tegas harus diambil. Jika tidak, publik berhak mencatat: ada darah dan air mata di balik dinding Rutan Tanjungpinang.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *