Kompassidik.online – Lebak – Untuk momentum ini Tahun Baru Hijriyah — diperingati dengan melakukan pawai obor keliling kampung sebagai ekspresi dari muhasabah, introspeksi diri dan berdoa menyambut tahun baru Islam. (28/6/2025)
Seperti halnya peringatan 10 Muharram 1447 Hijriyah yang bertepatan pada tanggal 7 Juli 2024 (versi Muhammadiyah), hari Senin, 8 Juni 2025 dalam versi Nahdhatul Ulama) yang memiliki arti yang bernilai sejarah meski pemaknaannya berbeda dari berbagai perspektif yang cukup kuat untuk memperkuat keimanan. Karena pada hari tersebut dianggap penuh berkah, seperti Nabi Musa dan Bani Israel diselamatkan dari kejahatan Fir’aun, dan Nabi Muhammad pun menganjurkan melakukan puasa, karena akan menghapus dosa selama setahun sebelumnya. (Hadis yang diriwayatkan oleh Muslim) untuk menandai rasa syukur kepada Allah.
Dalam tradisi Syiah, diperingati sebagai hari gugurnya Imam Husain di Karbala. Jadi makna 1 Syura dan 10 Syura sangat besar nilai spiritual, sejarah hingga budaya bagi Umat Islam dalam pergantian tahun maupun kejadian bersejarah sepanjang bulan Syura dalam kalender Hijriah. Jadi keanekaragaman makna itu bagi umat Islam sesungguhnya menandai kekayaan percercapan pahaman yang luas. Sehingga alternatif pilihan pun menandai kebebasan, sejauh tidak keluar dari bingkai ajaran maupun tuntunan dalam Islam yang selalu menempuh siraotal Mustakim.
Kekayaan makna spiritual dan pemahaman tentang sejarah memang tidak harus tinggal dan final. Sebab persepsi setiap orang sungguh beragam dan akan ditentukan dari posisi perspektif pandang yang terkait dengan ruang dan waktu. Sehingga bulan Muharram pun dapat dijadikan momentum muhasabah, mengingat sejarah saat hijrahnya Nabi Muhammad SAW sebagai simbol perubahan menuju perbaikan yang lebih bermakna, memiliki manfaat yang lebih besar dan sikap bijak.
Dalam tradisi Syi’ah dimaknai sebagai hari berkabung terhadap Imam Husain di Karbala yang gigih berjuang dan keteguhan menghadapi kezaliman, hingga reka mengorbankan jiwanya. Begitulah kekayaan Islam dalam tradisi tafsir dan perspektif pandang yang tidak harus seragam, Sebab yang utama bagi Islam yang kaffah adalah tetap berada dalam bingkai tauhid dan keadilan yang harus dan wajib untuk ditegakkan.
Artinya, perbedaan dalam tafsir dan pemaknaan tidak untuk dipertentangkan, karena sangat dipahami dan dimengerti dapat memperluas hikmah dan kesadaran dalam pemahaman spiritual yang perlu untuk terus ditingkatkan. Demikian juga peringatan setiap 1 Syuro dalam tradisi Jawa yang mengacu pada 1 Muharram Tahun Hijriah, sangat sarat dengan nilai-nilai spiritual dan budaya seperti mengadopsi kalender Hijriah menjadi Almanak Jawa. Meski tidak sepenuhnya identik peringatan seperti yang dilakukan dalam Islam,,
(Red)