KOMPASSIDIK.online – Sultan salah satu anggota dari organisasi profesi Aliansi Wartawan Nasional Indonesia (AWNI) DPW Provinsi Jambi, Sultan menegaskan, khawatir melihat kondisi pertanian perdesaan di wilayah Provinsi Jambi. Jambi (19/08/2024)
Menurut Sultan, kunci kemakmuran perdesaan dinilai dari penghasilan sektor pertaniannya, serta peningkatan infrastruktur jalan sebagai fasilitas umum yang digunakan masyarakat sebagai akses untuk mengakselerasi perkembangan perekonomian desa.
Pertanian merupakan penggerak utama pertumbuhan ekonomi di sebagian besar wilayah, daerah dan perdesaan.
Permintaan akan makanan pokok, dan berbagai macam olahan komoditas pertanian, terus meningkat di semua daerah dan negara-negara berkembang, untuk memenuhi kebutuhan ini, sektor pertanian pangan dan perkebunan harus dimodernisasi.
Maka dari itu Pemerintah daerah harus totalitas dalam mendukung peningkatan produktivitas komoditas pertanian yang menjadi sektor unggulan di daerah khususnya di Tanjabtim seperti kelapa, pinang, sawit dan lainnya.
Salah satu langkah penting dalam membangun ekonomi di sektor perkebunan adalah melalui peningkatan produktivitas dan efisiensi. Hal ini dapat dicapai melalui penggunaan teknologi modern, pemilihan varietas tanaman yang unggul, penerapan praktik pertanian berkelanjutan, memanfaatkan Sdm untuk menarik minat generasi milenial berkarya dan berinovasi di sektor pertanian (agrobisnis).
Untuk menghindari ancaman krisis petani di Indonesia. Rektor Institute Pertanian Bogor (IPB) Arif Satria menyebut “rata-rata petani saat ini berusia 47 tahun ke atas. Petani Indonesia akan menjadi krisis pada 10-15 tahun mendatang” kata arif usai bertemu menteri pertanian Syahrul Yasin Limpo di kantor kementerian pertanian,Jakarta selatan.
Tentu kita semua berharap kepada Pemerintah, khususnya di tingkat daerah agar dapat menfasilitasi generasi muda membawa perubahan yang lebih baik untuk negeri ini, melalui bidang sektor pertanian. Terkait dengan situasi dan kondisi di Tanjung Jabung Timur, provinsi Jambi,
“Saya sebagai putra daerah sangat menyayangkan pembangunan maupun peremajaan infrastruktur pendukung pertanian belum merata, baik secara perencanaan ataupun pelaksanaan,” ujarnya.
Informasi yang berkembang di publik, saat ini tengah menjadi isu sosial masyarakat Kecamatan Sadu menjamur sampai ke desa-desa yang ada di wilayah tersebut. Tidak terkecuali Desa Tanjabtim, yang mempersoalkan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan infrastruktur, jalan maupun tanggul yang sering di alihkan demi kepentingan kelompok dan kalangan tertentu, sehingga menghambat pertumbuhan ekonomi petani dan berdampak kesenjangan di berbagai kalangan masyarakat akibat pembangunan yang belum merata, dan tidak ber-keadilan.
Masyarakat berharap para pemangku amanat rakyat atau yang menjalankan tugas eksekutif, legislatif, maupun lembaga terkait lainnya penting untuk berinvestasi di sektor pertanian dan infrastruktur, dan itu berarti pemerintah sedang menanam benih untuk masa depan yang makmur bagi semua lapisan masyarakat khususnya pedesaan.
“Mari kita sama-sama berkolaborasi, dan berinovasi untuk solusi Indonesia maju. Berani bersuara untuk perubahan,” pungkasnya.
Tim Liputan: Sultan Daeng